Kopi dan Kamu
Pagi-pagi sekali aku sudah sangat sibuk menata wajah dan rambutku. Di tambah lagi aku harus merapihkan pakaian yang akan ku kenakan hari ini. Memang tidak seperti biasanya, pagi-pagi sekali sudah mandi, dan sudah rapi. Tapi ini akan jadi hari bahagia sahabatku, yang secara otomatis juga akan menjadi hari kebahagiaanku juga.
Menikah menjadi satu hal yang paling ditunggu-tunggu oleh siapapun, mungkin saja. Bagaimana tidak? Setiap orang pasti memimpikan untuk bisa berada di suatu masa.
Kali itu aku mengenakan baju tanpa lengan yang kulapisi dengan outer berwarna rosegold yang kupadupadankan dengan rok lilit berwarna senada. Ku olesi tipis-tipis makeup di wajahku, dan ku ikat kuda rambutku.
Tak beberapa lama, Ayahku memanggil dan memberitahuku bahwa ada seseorang yang sudah datang menjemputku. Aku tersenyum tipis, "Iya, Ayah". Aku bergegas keluar kamar dan tak lupa membawa sebuah pouch. Kali ini aku siap untuk berangkat, dengan seseorang yang baru sekali ku temui di kedai kopi, dan kali kedua di hari ini. Seseorang yang berjanji akan menemaniku hari ini.
Aku mengambil helm merah muda milikku, dan duduk di belakangnya. Kali ini, kali pertama aku bisa duduk sangat dekat dengannya. Aku dapat mencium aroma tubuhnya dari belakang. Ah, bolehkah aku memiliki perasaan sesenang ini setelah patah hatiku?
Kami terus bersenda-gurau selama perjalanan menuju ke tempat acara. Aku terus mengembangkan tawaku dengan guyonan-guyonan yang ia lontarkan. Kali ini ku sadari, ternyata aku semakin mengaguminya. Dan aku semakin sadar bahwa sejauh aku patah hati, dialah seseorang yang mampu menghapuskan lukaku. Seseorang yang terus membuatku tersenyum, saat aku tidak mengerti lagi bagaimana aku bisa melanjutkan hidupku.
Kami berhenti di salah satu mini market untuk membeli minum, sebelum sampai ke tempat acara. Tak lama, kami pun melanjutkan perjalanan menuju ke sebuah masjid berwarna putih di daerah Jakarta Selatan. Memarkirkan kendaraan yang ia bawa, dan kami berpisah. Karena ternyata laki-laki dan perempuan tempatnya memang terpisah disana. Aku bergabung dengan 2 sahabatku yang sudah terlebih dahulu datang. Menyaksikan salah seorang sahabat kami yang sebentar lagi resmi menjadi pendamping hidup seseorang. Dengan balutan kebaya berwarna putih, sahabatku terlihat sangat cantik. Auranya benar-benar memancarkan kebahagiaan, akupun turut berbahagia hari itu. Sangat bahagia.
Setelah selesai acara sakral itu, sekitar jam 10 kami memutuskan untuk makan. Sementara yang lain sibuk dengan pasangannya masing-masing, aku dan laki-laki yang menemaniku hari itu memutuskan untuk berkeliling ke stand-stand makanan yang tersedia. Rasanya seperti tidak ada pembatas antara kami berdua. Tidak ada hal-hal yang kami tutupi kala itu, semuanya terasa seperti kami sudah mengenal sangat lama. Kami tertawa, kami saling bercerita. Aku senang. Sangat senang. Tapi tetap dengan ketakutan yang menghantuiku. Sampai kapan?
Siang harinya, aku dan kedua sahabatku memutuskan untuk pulang dan kami berpisah satu sama lain. Aku masih dengannya siang itu, mengendarai kendaraan roda 2 yang ia bawa. Aku membenarkan tali tas yang ia gunakan karena terpelintir. Refleks saja, entah karena apa aku melakukan hal itu. Namun ku pikir itu hal yang wajar kan?
"Kita mau kemana dulu? Atau mau langsung pulang?" Ucapnya.
Aku berpikir agak lama. Aku masih ingin berlama-lama dengannya. Tapi disisi lain, aku tidak enak jika menahannya untuk berlama-lama bersamaku.
Box Koffies.
Akhirnya kami memutuskan untuk menambah waktu bersama dengan pergi ke salah satu tempat kopi yang memang ingin ku kunjungi. Kami memilih tempat duduk yang berada di dalam ruangan, karena saat itu keadaan masih terlalu panas untuk memilih tempat outdoor.
Dengan segelas kopi, dan obrolan-obrolan ringan kali itu. Entah bagaimana, dengannya aku merasa seperti tidak kehabisan topik pembicaraan. Ia sangat bisa mengajakku untuk masuk ke dunianya. Aku merasa ia sangat bisa terbuka denganku. Atau itu hanya sekedar pikiranku saja yang berlebihan?
Sampai ia bercerita tentang masa lalunya yang baru ia bisa ceritakan denganku. Aku terdiam. Bukan karena hal itu membuatku berhenti untuk mengaguminya. Namun karena ceritanya, seperti bagian cerita yang belum bisa aku bagi dengan siapapun hingga saat itu.
"Kamu hanya perlu menemukan orang yang tepat untuk bisa menerima segala kekuranganmu. Dan bisakah kamu melihat jika orang itu adalah aku?"...
Segelas kopi dengan ditambah adanya kamu, menjadi bagian favourite untukku saat ini. Aku masih berharap akan selalu ada "Kopi dan Kamu" untuk setiap hari-hari yang ku jalani berikutnya.