Mengagumimu Diam Diam
Sejak mengenalmu, aku tidak tau bahwa aku akan berada pada titik ini.
Awalnya, aku hanya ingin sekedarnya membantu. Bahkan, karena aku baru saja mengenalmu. Perkenalan yang tidak di sengaja, tidak terencana. Tapi, aku yakin, Tuhan punya rencana lain atas perkenalan kita pada waktu itu.
Perkenalan yang cukup singkat menurutku. Bahkan aku belum pernah menemuimu secara manusia. Maksudku, kita saling membalas pesan satu sama lain. Sekali berbincang via telephone untuk membahas tugas akhirmu, dan pada akhirnya kamu menceritakan sedikit banyak tentang kisahmu. Rasanya itu pertama kalinya aku senang mendengar suara dan tawamu yang bergitu renyah. Ketika kamu membutuhkan, aku siap sedia membantu. Bukan dengan alasan yang special, sekali lagi, awalnya aku hanya ingin membantumu tanpa berniat pada perihal lainnya. Aku senang saat bisa membantu orang lain, setidaknya, aku tau bahwa aku masih berguna bagi orang lain.
Seiring berjalannya waktu, mengenalmu membuatku ingin sekali bercerita tentang patah hatiku. Bukan, bukan ingin mengeluh. Hanya saja, aku hanya ingin tau pendapatmu. Setidaknya, aku ingin mendengar pendapat dari sudut pandang laki-laki yang akan berbeda dengan sudut pandangku sebagai perempuan.
Saling bertukar cerita, dan pendapat. Aku senang mendapatkan teman baru, teman yang bisa ku ajak bercerita, bertukar pendapat. Memang tidak begitu sering, akupun masih sibuk menata hatiku sendiri. Hanya saja, kita belum sama-sama bertemu. Entah kapan, aku masih menunggu waktu yang tepat untuk itu.
Ketika sampai di titik patah hati tertinggi, aku memilih untuk menceritakan hal itu padamu. Kamu mendengarkan ceritaku setiap inchi-nya. Tanpa lelah menemaniku. Aku tidak menangis kali ini. Memang ada rasa sesak yang saat itu aku rasakan, tapi rasa bahagia juga menghiasi hatiku. Aku bahagia melihat masa lalu-ku yang akhirnya sudah selangkah lebih maju dariku. Di sisi lain, aku juga bahagia karena kamu yang tanpa sedikitpun membiarkanku sendiri.
Entah kapan pastinya perasaan itu tiba-tiba menyeruak masuk ke dalam hatiku yang sudah ku tutup rapat-rapat. Namun, kamu punya cara untuk masuk ke dalamnya. Melihat setiap balasan-balasanmu, selalu membuatku tersenyum. Mendengarkan tawamu yang begitu renyah, tak ayal membuatku juga turut tertawa. Sampai disini, aku memang belum yakin, apakah perasaan ini benar-benar nyata? Atau hanya sebuah perasaan sementara di saat patah hatiku seperti saat ini?
Hari demi hari, aku terus mengagumimu. Menikmati setiap percakapan kita yang terus mengalir setiap harinya. Perasaanku terus bermekaran di antara taman bunga yang indah. Sesekali aku takut untuk mengagumi. Karena, di saat itu pula, aku tau seharusnya perasaan ini tidak ku rasakan untukmu. Karena, dari cerita-cerita yang kau suguhkan untukku, rasanya tak mungkin aku bisa sampai untuk menggenggammu. Jangankan menggenggam, memberanikan diri untuk menunjukkan perasaan ini saja rasanya mungkin tak akan bisa.
Tapi rasanya tak apa bila memang begini hal yang harus ku lalui, mengagumi dalam diam saja sudah membuatku sangat senang. Hanya untuk memastikan bahwa kamu akan terus menjadikanku tempatmu berbagi cerita. Menjadikan aku sebagai salah seorang yang kau percaya untuk berbagi keluh kesahmu. Asal aku bisa memastikanmu tetap denganku, tidak apa jika aku tetap mengagumimu tanpa perlu kau tau apapun yang ku rasa saat ini.